Buzzer Disebut Tak Kejar Substansi Kritikan, Tapi Bunuh Karakter Orang
BACANEWS.ID - Polemik buzzer kini muncul kembali. Buzzer dinilai mulai meresahkan di sosial masyarakat seperti sekarang ini.
Tak sedikit yang mengomentari keberadaan buzzer, tak terkecuali Ketua MUI KH Dr M Cholil Nafis. Ia angkat bicara dan menilai jika keberadaan buzzer saat ini sulit diidentifikasi.
Cholil mengatakan beberapa tanggapannya terkait keberadaan buzzer yang dianggap mulai meresahkan. Ia bahkan mengibaratkan buzzer sebagai pemakan daging saudaranya sendiri.
Secara jelas, Cholil dalam wawancana yang tayang di kanal Youtube milik Hersubeno Arief, Hersubeno Point menyebut jika tidak ada definisi jelas terhadap buzzer. Hanya ada dua klasifikasi yang bisa dikategorikan yakni buzzer positif dan negatif.
Cholil kemudian menyebut saat ini, buzzer justru dinilai lebih banyak yang negatif dibanding positif.
“Karena memang definisinya masih kontroversi, tetapi kesannya konotasi di mata orang buzzer itu adalah negatif, karena orang bayaran untuk menyampaikan sesuatu dari orang lain,” jelas Cholil dikutip dari Hops.id--jaringan Suara.com.
Kondisi banyaknya buzzer negatif menurut Cholil bisa dilihat dari perkembangan opini dan isu yang ramai di media sosial. Banyak buzzer yang memberikan penilaian dan pandangannya lebih banyak ke arah pembunuhan karakter seseorang.
Kata dia, kritik yang diberikan dan berkembang di berbagai media sebagai corong penyebaran informasinya bukan lagi bisa dinilai sebagai substansi kritik namun menyerang orang secara pribadinya.
Kondisi inilah yang membuat buzzer saat ini arahnya lebih negatif.
“Ketika mengkritik bukan substansi kritiknya yang dikejar, tetapi orangnya yang dibunuh karakternya, ya kita kan kalau imbang apple to apple, sama-sama ngerti kita diskusi kan nyaman,” ujarnya.
Lebih lanjut, Cholil pernah punyai pengalaman terkait buzzer. Ia sendiri mengaku pernah berhadapan langsung dengan buzzer. Dimana serangan pernah dialaminya ketika Cholil menyampaikan kritik terhadap pemerintah.
Cholil mengaku pernah mendapat serangan dari mereka saat menyampaikan kritik terhadap pemerintah. Saat menyampaikan kritikan tersebut beberapa ada yang mengerti maksudnya namun ada juga yang nyinyir dan meremehkan bahkan merendahkan itu ada.
Karenanya secara khusus Cholil menyebut jika tindakan buzzer tersebut dianggap sebagai tindakan memakan daging saudara sendiri.
“Menurut saya, kalau umpamanya orang digerakkan untuk jadi buzzer, untuk menyerang orang yang niat baik, apalagi ulama, menurut saya inilah yang disebut dengan memakan daging saudaranya,” ucap Cholil.
“Ia makan dari hasil orang lain dibunuh, yaitu mengambil dari dagingnya saudaranya,” lanjutnya.[sc]