Gaya Marah-marah Risma Muncul Di NTT, Pengamat: Norak, Cuma Untuk Pencitraan
BACANEWS.ID - Gaya marah-marah kembali dipertontonkan Menteri Sosial, Tri Rismaharini. Gaya yang kerap muncul saat masih menjabat Walikota Surabaya itu kini terjadi saat dirinya meninjau bencana banjir bandang di Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa lalu (6/4).
Kemarahan Risam dipicu lambannya pemerintah daerah dan petugas penanggulangan bencana setempat dalam mendistribusikan logistik kepada para korban.
Menurut pengamat politik Ujang Komarudin, marah-marah adalah gaya andalan Risma. Tapi dia menyesali kalau gaya marah-marah Risma itu terus diumbar ke publik.
"Tak bagus jika gaya marah-marah terus diumbar ke publik. Apalagi marah-marahnya ke para relawan,” ucap Ujang kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (8/4).
Ditambahkan Ujang, Risma seharusnya memberi contoh yang baik kepada masyarakat. Tidak perlu ngamuk kepada banyak orang hanya untuk mencari panggung. Terlebih hal itu dilakukan di lokasi bencana yang justru butuh banyak perhatian yang baik dari pemerintah.
“Yang bagus itu bukan marah-marah. Tapi memberikan contoh yang baik dengan memberi keteladanan. Di musim corona dan bencana ini tak perlu marah-marah lagi, karena rakyat sedang susah dan relawan juga sudah berjuang dengan keras membantu masyarakat yang terkena bencana,” tegasnya.
"Gaya marah-marah harus disetop. Harus disudahi. Tak elok dilihat oleh masyarakat,” imbuh Ujang.
Lanjut Ujang, Risma marah-marah di hadapan publik hanya untuk pencitraan.
"Biasa gaya norak, yang bisa saja untuk pencitraan,” tutup Ujang. (RMOL)
Kemarahan Risam dipicu lambannya pemerintah daerah dan petugas penanggulangan bencana setempat dalam mendistribusikan logistik kepada para korban.
Menurut pengamat politik Ujang Komarudin, marah-marah adalah gaya andalan Risma. Tapi dia menyesali kalau gaya marah-marah Risma itu terus diumbar ke publik.
"Tak bagus jika gaya marah-marah terus diumbar ke publik. Apalagi marah-marahnya ke para relawan,” ucap Ujang kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (8/4).
Ditambahkan Ujang, Risma seharusnya memberi contoh yang baik kepada masyarakat. Tidak perlu ngamuk kepada banyak orang hanya untuk mencari panggung. Terlebih hal itu dilakukan di lokasi bencana yang justru butuh banyak perhatian yang baik dari pemerintah.
“Yang bagus itu bukan marah-marah. Tapi memberikan contoh yang baik dengan memberi keteladanan. Di musim corona dan bencana ini tak perlu marah-marah lagi, karena rakyat sedang susah dan relawan juga sudah berjuang dengan keras membantu masyarakat yang terkena bencana,” tegasnya.
"Gaya marah-marah harus disetop. Harus disudahi. Tak elok dilihat oleh masyarakat,” imbuh Ujang.
Lanjut Ujang, Risma marah-marah di hadapan publik hanya untuk pencitraan.
"Biasa gaya norak, yang bisa saja untuk pencitraan,” tutup Ujang. (RMOL)