Menkeu Dorong Ekonomi Islam, Rocky: Disingkirkan secara Politik, tapi Dirangkul demi Ekonomi
BACANEWS.ID - Pengamat politik, Rocky Gerung, mengomentari soal pemerintah yang mengajak umat islam untuk membantu ekonomi negara.
Menurutnya, sikap yang ditunjukkan pemerintah ini menandakan adanya kepanikan dalam menghadapi situasi ekonomi Indonesia.
"Begitulah kondisi istana, yang sana bilang kita harus keluar dari middle income trap, dengan menaikkan pertumbuhan 7 persen, Monoarfa bilang begitu, Bappenas bilang begitu, lalu Sri Mulyani membujuk rakyat agar supaya 7 persen bisa dicapai dengan model ekonomi islam, lalu implemetasinya dihitung langsung oleh Menteri Agama," ujarnya, sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Rocky Gerung Official.
Ia menuturkan, pernyataan-pernyataan dari para tokoh yang disebutkannya itu seolah menunjukkan adanya orkestrasi dengan nada yang berbeda-beda.
"Jadi ada orkestrasi yang nadanya berbeda-beda. Padahal kita tidak pernah tahu apa sebetulnya yang terjadi. Kalau panik, ya bilang panik. Kan aneh tiba-tiba Sri Mulyani getol betul buat promosikan nilai-nilai di dalam ekonomi islam," tutur Rocky Gerung melanjutkan.
Pria yang juga seorang filsuf itu menduga bahwa sikap Menteri Keuangan Sri Mulyani yang menggunakan diksi 'ekonomi islam' itu dimaksudkan untuk merangkul potensi ekonomi agar permasalahan ekonomi negara bisa diselesaikan.
Ia lantas menilai ada ironi yang terjadi dalam tindakan pemerintah yang 'membujuk' umat islam untuk membantu perekonomian negara.
Pasalnya, kata Rocky Gerung, umat islam seolah hendak disingkirkan secara politik, tetapi dirangkul untuk mencapai pertumbuhan ekonomi.
"Di situ ironinya, disingkirkan secara politik, tapi dirangkul demi pertumbuhan ekonomi yang 7 persen. Akibatnya orang menganggap 'ini kayak membujuk domba untuk tidak takut kepada serigala'," katanya menjelaskan.
Rocky menilai ada kontradiksi dari kegetolan Sri Mulyani mendorong ekonomi syariah sementara Omnibus Law yang berlaku sama sekali tidak sejalan dengan prinsip ekonomi Islam.
“Itu kan artinya dia mau rangkul sebuah potensi ekonomi agar supaya kedunguan pemerintah dalam kebijakan bisa diselesaikan oleh mereka yang hendak dipinggirkan secara politik,” ujar Rocky.
Rocky juga sempat menyinggung bahwa tokoh-tokoh agama yang dapat dijadikan influencer ekonomi Islam justru didiskriminasi, misalnya Rizieq Shihab.
“Rakyat pasti menganggap ‘memang bagus juga sih kalau Sri Mulyani akhirnya mulai memikirkan jenis keadilan lain yang berbasis pada pengalaman sejarah ekonomi Islam. Bagus juga.’ Tapi kemudian rakyat curiga, jangan-jangan setelah zakatnya dikumpulin, itu kemudian diserahkan untuk membiayai si serigala yang lumpuh tadi,” ujar Rocky.
“Lain kalau pada saat yang sama, ada pembebasan politik ustaz-ustaz pemuka agama yang dikriminalisasi, Habib Rizieq sebagai simbol. Seluruh fasilitas bernegara itu kemudian diungkapkan ulang dalam upaya merawat kebersamaan,” tambahnya.
Lebih lanjut, Rocky Gerung juga mengatakan bahwa kebijakan soal zakat yang diwacanakan Menag itu tidak sejakan dengan upaya Sri Mulyani untuk keluar dari middle economic trap atau jebakan ekonomi menengah.
Sebab, menurut Rocky, jebakan ekonomi menengah itu bersumber dari birokrasi yang tidak efisien.
“Nah, isi dari birokasi adalah ASN. Jadi mustinya perbaiki birokrasinya, bukan minta bayar zakat. Ini agak menjengkelkan sebetulnya kedunguan-kedunguan pemerintah yang ucapkan seolah-olah mau berbuat baik kepada masyarakat muslim dengan potensi ekonomi Islam,” tandas Rocky.
Mendekati akhir wawancara, Rocky bahkan menilai bahwa upaya Sri Mulyani terkait ekonomi Syariah merupakan upaya meminta bantuan dari masyarakat muslim yang selama ini dianggap pengganggu oleh pemerintah.
“Kan Sri Mulyani mau bilang sebetulnya nggak ada dukungan lagi, kita tahu. Karena itu kita mau minta dukungan dari masyarakat muslim yang dianggap sebagai perusuh, yang dianggap sebagai pengganggu pemerintah,” kata Rocky.
Rocky Gerung lantas menduga bahwa Menkeu Sri Mulyani saat ini tengah kebingungan lantaran diminta untuk meningkatkan ekonomi, tetapi tidak diberikan jalan keluar oleh presiden.
"Disuruh cari sendiri (jalan keluarnya), lalu datang Menteri Agama. Menteri Agama langsung sambut ide itu, dan 'oke kalau gitu ASN dipaksa secara regulasi untuk melalui fasilitas zakat itu, ngumpulin zakat ASN," ujarnya.
Tak cukup sampai di situ, Rocky menilai peningkatan ekonomi negara seharusnya tidak dibebankan kepada ASN dengan "memaksa" mereka untuk membayar zakat.
"Jangan dibebankan kepada ASN, secara konseptual itu sudah kacau," tutur Rocky Gerung.***
Menurutnya, sikap yang ditunjukkan pemerintah ini menandakan adanya kepanikan dalam menghadapi situasi ekonomi Indonesia.
"Begitulah kondisi istana, yang sana bilang kita harus keluar dari middle income trap, dengan menaikkan pertumbuhan 7 persen, Monoarfa bilang begitu, Bappenas bilang begitu, lalu Sri Mulyani membujuk rakyat agar supaya 7 persen bisa dicapai dengan model ekonomi islam, lalu implemetasinya dihitung langsung oleh Menteri Agama," ujarnya, sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Rocky Gerung Official.
Ia menuturkan, pernyataan-pernyataan dari para tokoh yang disebutkannya itu seolah menunjukkan adanya orkestrasi dengan nada yang berbeda-beda.
"Jadi ada orkestrasi yang nadanya berbeda-beda. Padahal kita tidak pernah tahu apa sebetulnya yang terjadi. Kalau panik, ya bilang panik. Kan aneh tiba-tiba Sri Mulyani getol betul buat promosikan nilai-nilai di dalam ekonomi islam," tutur Rocky Gerung melanjutkan.
Pria yang juga seorang filsuf itu menduga bahwa sikap Menteri Keuangan Sri Mulyani yang menggunakan diksi 'ekonomi islam' itu dimaksudkan untuk merangkul potensi ekonomi agar permasalahan ekonomi negara bisa diselesaikan.
Ia lantas menilai ada ironi yang terjadi dalam tindakan pemerintah yang 'membujuk' umat islam untuk membantu perekonomian negara.
Pasalnya, kata Rocky Gerung, umat islam seolah hendak disingkirkan secara politik, tetapi dirangkul untuk mencapai pertumbuhan ekonomi.
"Di situ ironinya, disingkirkan secara politik, tapi dirangkul demi pertumbuhan ekonomi yang 7 persen. Akibatnya orang menganggap 'ini kayak membujuk domba untuk tidak takut kepada serigala'," katanya menjelaskan.
Rocky menilai ada kontradiksi dari kegetolan Sri Mulyani mendorong ekonomi syariah sementara Omnibus Law yang berlaku sama sekali tidak sejalan dengan prinsip ekonomi Islam.
“Itu kan artinya dia mau rangkul sebuah potensi ekonomi agar supaya kedunguan pemerintah dalam kebijakan bisa diselesaikan oleh mereka yang hendak dipinggirkan secara politik,” ujar Rocky.
Rocky juga sempat menyinggung bahwa tokoh-tokoh agama yang dapat dijadikan influencer ekonomi Islam justru didiskriminasi, misalnya Rizieq Shihab.
“Rakyat pasti menganggap ‘memang bagus juga sih kalau Sri Mulyani akhirnya mulai memikirkan jenis keadilan lain yang berbasis pada pengalaman sejarah ekonomi Islam. Bagus juga.’ Tapi kemudian rakyat curiga, jangan-jangan setelah zakatnya dikumpulin, itu kemudian diserahkan untuk membiayai si serigala yang lumpuh tadi,” ujar Rocky.
“Lain kalau pada saat yang sama, ada pembebasan politik ustaz-ustaz pemuka agama yang dikriminalisasi, Habib Rizieq sebagai simbol. Seluruh fasilitas bernegara itu kemudian diungkapkan ulang dalam upaya merawat kebersamaan,” tambahnya.
Lebih lanjut, Rocky Gerung juga mengatakan bahwa kebijakan soal zakat yang diwacanakan Menag itu tidak sejakan dengan upaya Sri Mulyani untuk keluar dari middle economic trap atau jebakan ekonomi menengah.
Sebab, menurut Rocky, jebakan ekonomi menengah itu bersumber dari birokrasi yang tidak efisien.
“Nah, isi dari birokasi adalah ASN. Jadi mustinya perbaiki birokrasinya, bukan minta bayar zakat. Ini agak menjengkelkan sebetulnya kedunguan-kedunguan pemerintah yang ucapkan seolah-olah mau berbuat baik kepada masyarakat muslim dengan potensi ekonomi Islam,” tandas Rocky.
Mendekati akhir wawancara, Rocky bahkan menilai bahwa upaya Sri Mulyani terkait ekonomi Syariah merupakan upaya meminta bantuan dari masyarakat muslim yang selama ini dianggap pengganggu oleh pemerintah.
“Kan Sri Mulyani mau bilang sebetulnya nggak ada dukungan lagi, kita tahu. Karena itu kita mau minta dukungan dari masyarakat muslim yang dianggap sebagai perusuh, yang dianggap sebagai pengganggu pemerintah,” kata Rocky.
Rocky Gerung lantas menduga bahwa Menkeu Sri Mulyani saat ini tengah kebingungan lantaran diminta untuk meningkatkan ekonomi, tetapi tidak diberikan jalan keluar oleh presiden.
"Disuruh cari sendiri (jalan keluarnya), lalu datang Menteri Agama. Menteri Agama langsung sambut ide itu, dan 'oke kalau gitu ASN dipaksa secara regulasi untuk melalui fasilitas zakat itu, ngumpulin zakat ASN," ujarnya.
Tak cukup sampai di situ, Rocky menilai peningkatan ekonomi negara seharusnya tidak dibebankan kepada ASN dengan "memaksa" mereka untuk membayar zakat.
"Jangan dibebankan kepada ASN, secara konseptual itu sudah kacau," tutur Rocky Gerung.***