Jubir Luhut: Oksigen Langka, Pemerintah Siapkan Impor
BACANEWS.ID - Kelangkaan oksigen kini terjadi di sejumlah rumah sakit serta bagi masyarakat umum yang tengah melakukan isolasi mandiri di tengah pandemi COVID-19. Jubir Menko Marves Luhut Pandjaitan, Jodi Mahardi mengatakan, pemerintah terus berupaya menyediakan oksigen.
Salah satu langkah yang disiapkan adalah melakukan impor oksigen.
"Kita menyadari ketersediaan oksigen terbatas. Maka dari itu pemerintah akan terus mengusahakan dan mencari jumlah oksigen secara maksimal baik dengan industri lokal maupun menyiapkan impor. Saat ini keselamatan rakyat adalah hukum utama," kata Jodi dalam konpers virtual, Minggu (4/7).
Selain itu, pemerintah juga terus menambah rumah sakit lapangan untuk mengantisipasi lonjakan pasien COVID-19. Jodi juga mengimbau bagi TNI, Polri, hingga Kementerian untuk menyediakan tenda-tenda pleton yang bisa digunakan di RS.
Jodi juga mengingatkan masyarakat untuk terus memahami pertolongan awal bagi penderita COVID-19.
"Dapatkan panduan praktis pertolongan pertama pada pasien yang kadar oksigen pada oximeternya di bawah 90. Dari Kementerian Kesehatan dan para dokter atau perawat yang kita kenal atau lewat telemedicine dan berbagai konten edukatif di bermacam saluran media sosial," tutup dia. (*)
Salah satu langkah yang disiapkan adalah melakukan impor oksigen.
"Kita menyadari ketersediaan oksigen terbatas. Maka dari itu pemerintah akan terus mengusahakan dan mencari jumlah oksigen secara maksimal baik dengan industri lokal maupun menyiapkan impor. Saat ini keselamatan rakyat adalah hukum utama," kata Jodi dalam konpers virtual, Minggu (4/7).
Selain itu, pemerintah juga terus menambah rumah sakit lapangan untuk mengantisipasi lonjakan pasien COVID-19. Jodi juga mengimbau bagi TNI, Polri, hingga Kementerian untuk menyediakan tenda-tenda pleton yang bisa digunakan di RS.
Jodi juga mengingatkan masyarakat untuk terus memahami pertolongan awal bagi penderita COVID-19.
"Dapatkan panduan praktis pertolongan pertama pada pasien yang kadar oksigen pada oximeternya di bawah 90. Dari Kementerian Kesehatan dan para dokter atau perawat yang kita kenal atau lewat telemedicine dan berbagai konten edukatif di bermacam saluran media sosial," tutup dia. (*)