Jika Terealiasi pada Pilpres 2024, Prabowo-Puan Unggul di Atas Kertas
BACANEWS.ID - Kunjungan Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani, ke kantor DPP PDI Perjuangan pada Selasa (24/8), tidak bisa diartikan sebatas silaturahmi.
Pertemuan itu, bisa menjadi benih-benih lahirnya koalisi yang tidak bisa dipandang sebelah mata pada Pemilu Serentak 2024. Apalagi, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto sudah memberikan sinyal dengan cerita nostalgia koalisi dua partai itu pada Pilpres 2009.
Pada Pilpres 2009, koalisi PDIP dan Gerindra mengusung pasangan Megawati Soekarnoputi-Prabowo Subianto, yang kala itu bertekuk lutut melawan petahana, Susilo Bambang Yudhoyono yang berpasangan dengan Boediono.
Sejak tahun 2009 itu, PDIP khususnya Megawati punya "hutang politik" kepada Prabowo. Dalam perjanjian Batutulis, Megawati berkomitmen mendukung Prabowo pada 2014. Namun, Megawati lebih memilih Joko Widodo.
Menatap Pilpres 2024, ada peluang Megawati membayar hutangnya itu. Yakni dengan mengusung Prabowo dan dipasangkan bersama Puan Maharani yang memang santer disiapkan PDIP untuk berlaga di Pilpres 2024.
Bagi Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun, kemungkinan itu bukan mustahil. Jika terealisasi, Prabowo-Puan akan menjadi sangat kuat di 2024 dengan sokongan PDIP dan Gerindra.
"Kalau hitung-hitungan di atas kertas Prabowo-Puan ini cukup kuat," ujar Rico kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (25/8).
Tantangannya, kata dia, ada nama unggulan lain seperti Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang merupakan kader PDIP dan unggul diidamkan masyarakat untuk menjadi calon presiden.
Menurutnya, jika Ganjar bisa diyakinkan untuk tetap mendukung pilihan Megawati dan PDIP, dengan kata lain tidak maju dari partai politik, maka jalan lapang Prabowo-Puan menuju Istana Kepresidenan pun terhampar.
"Rasanya ini (Prabowo-Puan) menjadi pasangan yang luar biasa dan wajar aja pertemuan itu dilakukan karena memang kalkulasi elektoralnya selama ini masuk," pungkasnya. (rmol)
Pertemuan itu, bisa menjadi benih-benih lahirnya koalisi yang tidak bisa dipandang sebelah mata pada Pemilu Serentak 2024. Apalagi, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto sudah memberikan sinyal dengan cerita nostalgia koalisi dua partai itu pada Pilpres 2009.
Pada Pilpres 2009, koalisi PDIP dan Gerindra mengusung pasangan Megawati Soekarnoputi-Prabowo Subianto, yang kala itu bertekuk lutut melawan petahana, Susilo Bambang Yudhoyono yang berpasangan dengan Boediono.
Sejak tahun 2009 itu, PDIP khususnya Megawati punya "hutang politik" kepada Prabowo. Dalam perjanjian Batutulis, Megawati berkomitmen mendukung Prabowo pada 2014. Namun, Megawati lebih memilih Joko Widodo.
Menatap Pilpres 2024, ada peluang Megawati membayar hutangnya itu. Yakni dengan mengusung Prabowo dan dipasangkan bersama Puan Maharani yang memang santer disiapkan PDIP untuk berlaga di Pilpres 2024.
Bagi Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun, kemungkinan itu bukan mustahil. Jika terealisasi, Prabowo-Puan akan menjadi sangat kuat di 2024 dengan sokongan PDIP dan Gerindra.
"Kalau hitung-hitungan di atas kertas Prabowo-Puan ini cukup kuat," ujar Rico kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (25/8).
Tantangannya, kata dia, ada nama unggulan lain seperti Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang merupakan kader PDIP dan unggul diidamkan masyarakat untuk menjadi calon presiden.
Menurutnya, jika Ganjar bisa diyakinkan untuk tetap mendukung pilihan Megawati dan PDIP, dengan kata lain tidak maju dari partai politik, maka jalan lapang Prabowo-Puan menuju Istana Kepresidenan pun terhampar.
"Rasanya ini (Prabowo-Puan) menjadi pasangan yang luar biasa dan wajar aja pertemuan itu dilakukan karena memang kalkulasi elektoralnya selama ini masuk," pungkasnya. (rmol)