Naik Bukit-Panjat Pohon Demi Ujian Online
BACANEWS.ID - Wajah Yunita Yasinta Onik terlihat cukup tegang. Tidak seperti biasanya. Sambil memangku laptop ia duduk berselonjor di atas rerumputan.
Terik matahari di bukit Golo Ros, Desa Wangkar Weli sungguh menyengat. Tapi tidak menyurutkan semangat Yunita juga teman-temannya menuntaskan ANBK (Asesmen Nasional Berbasis Komputer) sistem ujian nasional terbaru di Indonesia. ANBK yang mulai diterapkan pada tahun 2021 ini menggantikan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).
Dari balik semak-semak tempatnya duduk, siswi 13 tahun ini sesekali menyeka keringat yang meluncur di dahinya. Matanya tajam menatap layar laptop yang diletakkan di atas paha.
Tiba-tiba raut muka Yunita berubah. Kini dia gelisah dengan apa yang terjadi. Musababnya ternyata karena laptopnya tidak bisa terkoneksi dengan server ANBK. Dua setengah jam dia harus berkutat dengan notifikasi untuk mereset lagi username dan password.
Berulang kali Yunita bertanya ke teman di sampingnya, ternyata problemnya sama, gagal loading sehingga tidak bisa mengakses soal ujian pada server ANBK.
Bersama 30 siswa kelas 8 SMP Negeri 11 Poco Ranaka Timur, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Yunita harus merayap ke atas bukit Golo Ros. Dari sekolahnya, mereka harus menempuh perjalanan 2,5 kilometer, yang berada di bawah perkampungan Wangkar Weli.
Seperti dipantau, para peserta ujian duduk bergerombol di beberapa titik bukit Golo Ros didampingi guru-guru. Ada yang dibawah pohon, di tengah alang-alang, naik pohon, mana saja demi mencari sinyal kuat.
Ujian yang semestinya dilaksanakan di kelas sekolah, tenang, tidak terganggu terik matahari. Tapi tidak bagi Yunita dan teman-temannya. Tak ada sinyal internet. Sinyal internet di atas bukit Golo Ros sinyal cukup kencang. Handphone Android yang memiliki teknologi nirkabel LTE (Long Term Evolution) menjangkau jaringan 4G termasuk gawai milik Yunita.
Alih-alih bisa mengerjakan soal ujian, seluruh laptop client yang digunakan peserta ANBK tidak bisa tersambungkan dengan exambrowser klien.
Matahari sudah tegak lurus di atas bukit Golo Ros, tempat Yunita dan teman-temannya hendak mengerjakan ujian. Tapi hampir seluruh peserta ANBK masih bergelut dengan masalah koneksi.
Server ANBK tak bisa diakses lagi seperti yang dialami oleh setiap sesi di hari pertama. Semua peserta ujian menutup gelombang pertama ANBK dengan kecewa.
“Sudah 2,5 jam mencoba tetap tidak bisa login. Loading terus menerus lalu reset lagi begitu terus. Dari tadi main pindah tempat cari sinyal yang kencang di atas bukit ini tetap saja hasilnya nihil. Tak satupun soal yang bisa saya buka,” tutur Yunita Yasinta Onik kepada VIVA yang meliput kegiatan itu, Selasa 5 Oktober 2021.
Sebelum menghadapi ANBK, Yunita sudah bolak-balik melatih kemampuan mengerjakan ujian yang diunduh dari link bank soal. Siswi asal Wangkar Weli ini mengaku kecewa, upaya kerasnya sia-sia. Terlihat di raut mukanya yang penuh kecewa itu.
“Kalau sinyal internet ini bisa 4G tapi tidak bisa login hanya loading putar-putar terus ya percuma dan kami semua stres pak,” keluh Yunita.
Keluhan yang sama juga dialami Oktaviani Ayu Miwul. Setelah susah-susah mencari sinyal internet di Golo Ros. Akses internet hanya sampai pada memasukkan user name dan password pada akun ANBK. Selebihnya, gagal login.
“Setelah menulis user name dan password hanya ada tulis loading di laptop setelah itu muncul notifikasi server not found kita tekan control CB bersamaan supaya login lagi tapi tetap saja gagal dan akhirnya saya lepas tidak mau coba lagi saya sudah putus asa,” ungkap siswi asal kampung Wuas ini penuh kecewa.
Mengerjakan ujian di atas bukit, banyak pohon dan rerumputan memang menemui banyak gangguan. Siswa yang mengerjakan soal ujian pasti diganggu berbagai macam serangga. Ada yang lebih menjengkelkan lagi, ketika sedang mengerjakan ujian tiba-tiba baterei HP atau laptop mati. Mau nge-charge dimana?
Febrianus Icensi Doni Agus, proktor ANBK SMPN 11 mengungkapkan, sebanyak 17 laptop (computer client) yang dipakai pada setiap sesi ujian sudah sesuai spesifikasi ANBK. Demikian juga handphone yang digunakan peserta cukup kompatibel.
“Dipastikan dari server pusat yang bermasalah. Sejak mendapat token dari server ANBK kita langsung coba selama seharian sebelum hari pertama ANBK hasilnya memang gagal login. Sama kasusnya terjadi di 17 komputer client selama dua hari pelaksanaan ANBK. Gagal semua untung hanya 1 orang yang bisa login dan bisa kerja soal,” kata Febrianus.
“Kasusnya begini, setiap komputer client kalau kita login kembali ke semula kembali ke tahap awal begitu terus dari kemarin,” ujarnya menambahkan.
Kendala teknis yang mewarnai pelaksanaan ANBK di sekolah ini, sudah dilaporkan secara resmi ke Dinas Pendidikan Manggarai Timur. “Dari dinas membagi link untuk semua proktor sekaligus untuk melakukan survei untuk menjadi bahan laporan ke pusat,” imbuhnya.
Menurut Febrianus, pelaksanaan ANBK untuk wilayah Manggarai Timur terbagi antara yang online penuh dan semi online. Tapi idealnya kata dia, untuk sekolah yang tidak memiliki server sekolah sebaiknya memilih sistem semi online.
“Kalau menurut saya enaknya semi online karena dia menggunakan satu server setelah data dari komputer client kirim pesan ke server sekolah yang ditunjuk dari 1 server itu kemudian hasil pekerjaan dikirim ke pusat. Tapi kalau full online dari setiap client dikirim sendiri. Komputer proktornya hanya memantau kendala dan koneksi,” jelas dia.
Sekolah Numpang
SMP Negeri 11 yang dibangun sejak tahun 2018 hingga kini belum memiliki gedung sendiri. Selama tiga tahun, sekolah negeri ini menumpang KBM (kegiatan belajar mengajar) di Sekolah Dasar Katolik (SDK) Wae Palo, Desa Wangkar Weli.
“Kita KBM-nya setelah jam sekolah SD. Mereka pulang kita masuk. Jadi kita ambilnya lebih banyak sore hari,” kata Kepala Sekolah SMPN 11, Wilhelmus Vinsen di sela-sela pemantauan ANBK di bukit Golo Ros.
Selain ketiadaan gedung, sekolah ini tidak mempunyai barang inventaris seperti komputer atau laptop. Sementara untuk kebutuhan pelaksanaan ANBK, pihak sekolah terpaksa meminjam laptop dari luar lingkungan sekolah. Pulsa internet ditanggung masing-masing peserta.
“Boleh dibilang kita hanya punya semangat. Laptop untuk peserta ANBK pinjam dari mana-mana,” ungkap Wilhelmus.
Tak kalah miris, lanjut dia, gaji para guru yang mengajar di sekolah ini mengandalkan belas kasihan orangtua murid. Karena 10 orang guru yang ada semuanya berstatus guru komite. Hanya kepala sekolah yang PNS.
Kepsek Wilhelmus menceritakan, sekolahnya baru menerima dana BOS pada tahun 2021 itupun uangnya belum cair.
“Tiga tahun mengajar guru-guru komite ini digaji oleh orang tua siswa. Satu orang terima Rp500 ribu per bulan. Nah kalau dana BOS sudah masuk sudah dianggarkan penambahan masing-masing Rp300 ribu. Yang dari orang tua murid terima tiap bulan nanti yang dari BOS dibayar empat bulan sekali,” jelasnya.
Kepala Dinas Pendidikan Manggarai Timur, Basilus Teto, mengaku telah menerima laporan dari seluruh sekolah yang menyelenggarakan ANBK. Tidak sedikit mengalami gagal login seperti yang terjadi di SMPN 11 Poco Ranaka.
Disampaikan Kadis Teto, gangguan teknis di tingkat lokal ditambah permasalahan pada server pusat akan disampaikan secara resmi kepada panitia ANBK nasional, sebagai bahan evaluasi.
Untuk semua peserta ANBK yang gagal login atau tidak bisa mengerjakan soal ujian pada ANBK gelombang pertama ini, bisa mengikuti ujian ulang pada gelombang ANBK perbaikan yang jadwalnya diatur oleh panitia pusat.
“Sebanyak 140 SMP yang melaksanakan ANBK gelombang pertama, kasusnya sama, masalah pada server pusat. Jadi tidak perlu kecewa karena setelah ini ada gelombang perbaikan,” katanya.
Ke depan, sambung dia, pelaksanaan ANBK perlu dievaluasi kembali menyesuaikan kondisi di masing-masing sekolah. “Apakah harus semi online atau online penuh tunggu hasil evaluasi lebih lanjut,” sebut Kadis Basilus Teto.
Secara umum, ANBK adalah penilaian yang dilakukan di setiap jenjang sekolah, mulai dari SD,SMP, SMA/SMK dan sederajat. Berbeda dengan UNBK yang dilaksanakan pada akhir tahun sekolah, ANBK dikerjakan di kelas 5 SD, 8 SMP, dan 11 SMA/SMK dan sederajat.
Program ANBK tidak akan mengevaluasi capaian murid secara individu. Tetapi mengevaluasi dan memetakan sistem pendidikan berupa input, proses, dan hasil.[viva]
Terik matahari di bukit Golo Ros, Desa Wangkar Weli sungguh menyengat. Tapi tidak menyurutkan semangat Yunita juga teman-temannya menuntaskan ANBK (Asesmen Nasional Berbasis Komputer) sistem ujian nasional terbaru di Indonesia. ANBK yang mulai diterapkan pada tahun 2021 ini menggantikan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).
Dari balik semak-semak tempatnya duduk, siswi 13 tahun ini sesekali menyeka keringat yang meluncur di dahinya. Matanya tajam menatap layar laptop yang diletakkan di atas paha.
Tiba-tiba raut muka Yunita berubah. Kini dia gelisah dengan apa yang terjadi. Musababnya ternyata karena laptopnya tidak bisa terkoneksi dengan server ANBK. Dua setengah jam dia harus berkutat dengan notifikasi untuk mereset lagi username dan password.
Berulang kali Yunita bertanya ke teman di sampingnya, ternyata problemnya sama, gagal loading sehingga tidak bisa mengakses soal ujian pada server ANBK.
Bersama 30 siswa kelas 8 SMP Negeri 11 Poco Ranaka Timur, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Yunita harus merayap ke atas bukit Golo Ros. Dari sekolahnya, mereka harus menempuh perjalanan 2,5 kilometer, yang berada di bawah perkampungan Wangkar Weli.
Seperti dipantau, para peserta ujian duduk bergerombol di beberapa titik bukit Golo Ros didampingi guru-guru. Ada yang dibawah pohon, di tengah alang-alang, naik pohon, mana saja demi mencari sinyal kuat.
Ujian yang semestinya dilaksanakan di kelas sekolah, tenang, tidak terganggu terik matahari. Tapi tidak bagi Yunita dan teman-temannya. Tak ada sinyal internet. Sinyal internet di atas bukit Golo Ros sinyal cukup kencang. Handphone Android yang memiliki teknologi nirkabel LTE (Long Term Evolution) menjangkau jaringan 4G termasuk gawai milik Yunita.
Alih-alih bisa mengerjakan soal ujian, seluruh laptop client yang digunakan peserta ANBK tidak bisa tersambungkan dengan exambrowser klien.
Matahari sudah tegak lurus di atas bukit Golo Ros, tempat Yunita dan teman-temannya hendak mengerjakan ujian. Tapi hampir seluruh peserta ANBK masih bergelut dengan masalah koneksi.
Server ANBK tak bisa diakses lagi seperti yang dialami oleh setiap sesi di hari pertama. Semua peserta ujian menutup gelombang pertama ANBK dengan kecewa.
“Sudah 2,5 jam mencoba tetap tidak bisa login. Loading terus menerus lalu reset lagi begitu terus. Dari tadi main pindah tempat cari sinyal yang kencang di atas bukit ini tetap saja hasilnya nihil. Tak satupun soal yang bisa saya buka,” tutur Yunita Yasinta Onik kepada VIVA yang meliput kegiatan itu, Selasa 5 Oktober 2021.
Sebelum menghadapi ANBK, Yunita sudah bolak-balik melatih kemampuan mengerjakan ujian yang diunduh dari link bank soal. Siswi asal Wangkar Weli ini mengaku kecewa, upaya kerasnya sia-sia. Terlihat di raut mukanya yang penuh kecewa itu.
“Kalau sinyal internet ini bisa 4G tapi tidak bisa login hanya loading putar-putar terus ya percuma dan kami semua stres pak,” keluh Yunita.
Keluhan yang sama juga dialami Oktaviani Ayu Miwul. Setelah susah-susah mencari sinyal internet di Golo Ros. Akses internet hanya sampai pada memasukkan user name dan password pada akun ANBK. Selebihnya, gagal login.
“Setelah menulis user name dan password hanya ada tulis loading di laptop setelah itu muncul notifikasi server not found kita tekan control CB bersamaan supaya login lagi tapi tetap saja gagal dan akhirnya saya lepas tidak mau coba lagi saya sudah putus asa,” ungkap siswi asal kampung Wuas ini penuh kecewa.
Mengerjakan ujian di atas bukit, banyak pohon dan rerumputan memang menemui banyak gangguan. Siswa yang mengerjakan soal ujian pasti diganggu berbagai macam serangga. Ada yang lebih menjengkelkan lagi, ketika sedang mengerjakan ujian tiba-tiba baterei HP atau laptop mati. Mau nge-charge dimana?
Febrianus Icensi Doni Agus, proktor ANBK SMPN 11 mengungkapkan, sebanyak 17 laptop (computer client) yang dipakai pada setiap sesi ujian sudah sesuai spesifikasi ANBK. Demikian juga handphone yang digunakan peserta cukup kompatibel.
“Dipastikan dari server pusat yang bermasalah. Sejak mendapat token dari server ANBK kita langsung coba selama seharian sebelum hari pertama ANBK hasilnya memang gagal login. Sama kasusnya terjadi di 17 komputer client selama dua hari pelaksanaan ANBK. Gagal semua untung hanya 1 orang yang bisa login dan bisa kerja soal,” kata Febrianus.
“Kasusnya begini, setiap komputer client kalau kita login kembali ke semula kembali ke tahap awal begitu terus dari kemarin,” ujarnya menambahkan.
Kendala teknis yang mewarnai pelaksanaan ANBK di sekolah ini, sudah dilaporkan secara resmi ke Dinas Pendidikan Manggarai Timur. “Dari dinas membagi link untuk semua proktor sekaligus untuk melakukan survei untuk menjadi bahan laporan ke pusat,” imbuhnya.
Menurut Febrianus, pelaksanaan ANBK untuk wilayah Manggarai Timur terbagi antara yang online penuh dan semi online. Tapi idealnya kata dia, untuk sekolah yang tidak memiliki server sekolah sebaiknya memilih sistem semi online.
“Kalau menurut saya enaknya semi online karena dia menggunakan satu server setelah data dari komputer client kirim pesan ke server sekolah yang ditunjuk dari 1 server itu kemudian hasil pekerjaan dikirim ke pusat. Tapi kalau full online dari setiap client dikirim sendiri. Komputer proktornya hanya memantau kendala dan koneksi,” jelas dia.
Sekolah Numpang
SMP Negeri 11 yang dibangun sejak tahun 2018 hingga kini belum memiliki gedung sendiri. Selama tiga tahun, sekolah negeri ini menumpang KBM (kegiatan belajar mengajar) di Sekolah Dasar Katolik (SDK) Wae Palo, Desa Wangkar Weli.
“Kita KBM-nya setelah jam sekolah SD. Mereka pulang kita masuk. Jadi kita ambilnya lebih banyak sore hari,” kata Kepala Sekolah SMPN 11, Wilhelmus Vinsen di sela-sela pemantauan ANBK di bukit Golo Ros.
Selain ketiadaan gedung, sekolah ini tidak mempunyai barang inventaris seperti komputer atau laptop. Sementara untuk kebutuhan pelaksanaan ANBK, pihak sekolah terpaksa meminjam laptop dari luar lingkungan sekolah. Pulsa internet ditanggung masing-masing peserta.
“Boleh dibilang kita hanya punya semangat. Laptop untuk peserta ANBK pinjam dari mana-mana,” ungkap Wilhelmus.
Tak kalah miris, lanjut dia, gaji para guru yang mengajar di sekolah ini mengandalkan belas kasihan orangtua murid. Karena 10 orang guru yang ada semuanya berstatus guru komite. Hanya kepala sekolah yang PNS.
Kepsek Wilhelmus menceritakan, sekolahnya baru menerima dana BOS pada tahun 2021 itupun uangnya belum cair.
“Tiga tahun mengajar guru-guru komite ini digaji oleh orang tua siswa. Satu orang terima Rp500 ribu per bulan. Nah kalau dana BOS sudah masuk sudah dianggarkan penambahan masing-masing Rp300 ribu. Yang dari orang tua murid terima tiap bulan nanti yang dari BOS dibayar empat bulan sekali,” jelasnya.
Kepala Dinas Pendidikan Manggarai Timur, Basilus Teto, mengaku telah menerima laporan dari seluruh sekolah yang menyelenggarakan ANBK. Tidak sedikit mengalami gagal login seperti yang terjadi di SMPN 11 Poco Ranaka.
Disampaikan Kadis Teto, gangguan teknis di tingkat lokal ditambah permasalahan pada server pusat akan disampaikan secara resmi kepada panitia ANBK nasional, sebagai bahan evaluasi.
Untuk semua peserta ANBK yang gagal login atau tidak bisa mengerjakan soal ujian pada ANBK gelombang pertama ini, bisa mengikuti ujian ulang pada gelombang ANBK perbaikan yang jadwalnya diatur oleh panitia pusat.
“Sebanyak 140 SMP yang melaksanakan ANBK gelombang pertama, kasusnya sama, masalah pada server pusat. Jadi tidak perlu kecewa karena setelah ini ada gelombang perbaikan,” katanya.
Ke depan, sambung dia, pelaksanaan ANBK perlu dievaluasi kembali menyesuaikan kondisi di masing-masing sekolah. “Apakah harus semi online atau online penuh tunggu hasil evaluasi lebih lanjut,” sebut Kadis Basilus Teto.
Secara umum, ANBK adalah penilaian yang dilakukan di setiap jenjang sekolah, mulai dari SD,SMP, SMA/SMK dan sederajat. Berbeda dengan UNBK yang dilaksanakan pada akhir tahun sekolah, ANBK dikerjakan di kelas 5 SD, 8 SMP, dan 11 SMA/SMK dan sederajat.
Program ANBK tidak akan mengevaluasi capaian murid secara individu. Tetapi mengevaluasi dan memetakan sistem pendidikan berupa input, proses, dan hasil.[viva]